Mantan Anak Buah Minta Dipertemukan dengan Novel
Biar Jelas Siapa yang Menembak dan Menganiaya
Penyangkalan Kompol Drs Novel Baswedan, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menyebut dirinya tidak pernah terlibat dalam kasus penyebab meninggalnya Mulyan Johan alias Aan, menarik untuk ditelusuri kebenarannya. Apalagi setelah Novel membuat pernyataan dihadapan orang tua dan sanak saudara Aan dengan menyebut diri akan tampil sebagai pengusut utama dalam kasus ini sampai dia menemukan anak buahnya yang menganiaya dan melepaskan tembakan terhadap Aan.
MASIH teringat jelas diingatan Sersan Pol Do, anggota Reserse Polres Bengkulu yang merupakan anak buah langsung Iptu Novel dan Ipda Yuri Siahaan, akan peristiwa meninggalnya Aan di Gedung Mapolres Bengkulu delapan tahun lalu. Malam itu, ia sedang piket jaga Reserse diberitahu oleh kawan-kawannya bahwa enam tersangka yang baru ditangkap di Toko Sinar Makmur dibawa keluar Mapolres oleh Kasat Reserse dengan tujuan tidak jelas. Tapi walaupun demikian, sebagai seorang reserse, ia meyakini bahwa keenam tersangka dibawa ke luar Mapolres untuk dikembangkan kasusnya agar para pelaku pencurian sarang burung walet dapat ditangkap semuanya.
Dugaan itu ternyata meleset, karena tidak ada tambahan tersangka yang dibawa oleh Kasat Reserse selain daripada keenam tersangka yang ditangkap sebelumnya. Dan yang lebih membuat pihaknya curiga atas kelakuan komandannya yang baru sekitar empat hari bertugas sebagai Kasat Reserse Polres Bengkulu, adalah keenam tersangka dikembalikan ke piket Reserse dalam keadaan tertembak kakinya dan sudah mendapat perawatan di rumah sakit Polri M Yunus.
“Pikiran saya malam itu, kata Do, cepat amat keenam tersangka dieksekusi kakinya dengan tembakan lalu kemudian dibawa pulang ke Mapolres sudah dalam keadaan dibalut perban. Ia memperkirakan, tidak lebih dari satu jam setelah korban dibawa ke luar Mapolres Bengkulu sekitar pukul 21.00 WIB, mereka sudah dieksekusi di suatu tempat yang sepi sekitar pantai Bengkulu. Setelah itu, satu jam kemudian keenam tersangka diberi pengobatan di rumah sakit Polri M Yunus sehingga pada pukul 22.30 WIB mereka sudah sampai di Mapolres lagi.
Setelah keenam tersangka sampai kembali di Mapolres Bengkulu selesai menjalani eksekusi kilat itu, para tersangka diambil jati dirinya lewat pemeriksaan petugas laboratorium. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah di foto satu per satu. Tapi ketika pemotretan tengah berlangsung, dan tiba giliran Aan, sebagai orang ketiga, tiba-tiba ia terjatuh seperti pohon pisang.
Ia jatuh terkulai di lantai dan ketika diangkat untuk dibawa ke rumah sakit, ia diketahui sudah meninggal. “Jadi adalah bohong besar, jika Kasat Reserse tidak mengetahui bagaimana pelaksanaan eksekusi penembakan kaki para tersangka maupun penganiayaannya yang begitu luar biasa kerasnya,” kata penyidik ini.
Dapat dibayangkan bagaimana kerasnya penganiayaan yang dialami oleh korban Aan bersama lima kawannya pada waktu itu. Korban yang berbadan atletis itu, bisa roboh secepat itu dan langsung meninggal di Mapolres Bengkulu. Untuk itulah, kata bintara yang tengah berupaya mengikuti pendidikan calon perwira, dirinya siap dipertemukan dengan Novel dan Yuri untuk mencari kebenaran apakah kedua perwira ini tidak ada di lokasi penembakan dan penyiksaan terhadap keenam tersangka menyebabkan Aan meninggal.
“Kalau kedua perwira menengah ini satria, pasti akan menerima tawaran kami ini untuk mencari rasa keadilan atas meninggalnya Aan. Pak Novel dan Pak Yuri, janganlah Anda berlindung dalam kekuasaan suatu lembaga yang super body. Tapi mari kita adu debat biar masyarakat tahu siapa sebenarnya yang menganiaya dan menembak Aan sampai meninggal,” kata Don mengakhiri keterangannya. (U-2)
0 komentar:
Posting Komentar